Istri Supplier: “Lu jangan berani-berani goda laki gua lagi ya”
Perempuan Cantik: “laki lu duluan yang goda gua”
Percakapan di atas, awal dari huru-hara kemarin sore di ruang kerja ku.
Ada seorang wanita merasa suaminya sering digoda oleh seorang gadis (yg menurut saya lebih cantik dari beliau, ya iyalah wong masih gadis =D ), di satu sisi gadis ini justru merasa sebaliknya. Sang wanita pun tidak menyadari suaminya memang gatel.
‘Istri mana yang gak akan mencak-mencak kalau tahu suaminya main serong?’ kalimat ini meluncur biasanya di kalangan emak-emak komplek yang hobby menyuapi makan anak-anaknya di depan pagar rumah.
Menurut saya akan lebih tepat kalau kalimatnya seperti ini ‘istri mana yang gak akan emosi kalau suaminya main serong?’ . Itu lebih pas menurut saya karena emosi bisa jadi positif bisa jadi negatif.
Kalau emosinya jadi positif mungkin perang si wanita dan si gadis akan berujung pada isak tangis keduanya yang tidak bisa terima dipermainkan oleh laki-laki cemong. Paling parahnya mungkin berujung pada perdebatan ketus, lalu si Wanita memberi uang segepok kepada si gadis sambil berkata “ini buat kamu, gak perlu jual dada dan paha lagi kepada suami saya”.
Kalau emosinya negatif yang akan terjadi adalah seperti kemarin sore.
Si wanita menghamipiri si gadis yang duduk percis di sebelahku.
Wanita: “Lu jangan berani-berani goda laki gua lagi ya”
Gadis Cantik: “laki lu duluan yang goda gua”
‘PLAAAAAKKK!!!’ Tangan besar si Wanita turun deras di pipi sang Gadis.
‘PRAAAAAKKK!!!’ Kotak Pensil di meja si gadis melayang ke wajah si wanita, tidak tepat sasaran lalu jatuh terserak di lantai.
‘DAAGGG’ kaki besar si wanita menendang paha mungil si gadis.
Aku yang tadinya hanya menonton, tidak tahan melihat mahluk-mahluk (yang seharusnya anggun) itu adu fisik. Aku berusaha memisahkan, dan Alhamdulillah berhasil. By the way, kemana si laki-laki cemong? Dia menonton di dekat pintu masuk ruang kerja kami. Aku yang sudah tidak tahan melihat istrinya terus menerus menyerang, berteriak sambil menunjuk laki-laki cemong itu “eh ko, culun banget lo jadi laki, pegangin nih istri lo!’.
Setelah laki-laki dan wanita itu pergi. Aku tertegun sebentar, berpikir, bingung, tidak habis pikir.
Temanku memang salah, salah banget, karena sempat meladeni ajakan-ajakan pergi makan, haha hihi dengan suaminya.
Tapi laki-laki itu juga salah, dengan alasan ‘bini gue ga bisa ngasih gue keturunan’ lalu semena-mena menggoga gadis cantik di luar rumah. ‘Ini alasan istri kamu yg ga bisa kasih keturunan, atau alasan ti*it kamu gak bisa tegang melihat body besar istrimu, sementara bisa tegang melihat body dan paras cantik temanku?’
Ini tuh kantor (tempat yang seharusnya formal, resmi) bukan restoran, kafe, atau ring tinju. Wanita itu WANITA DEWASA, martabatnya kemana? Tangannya ringan sekali, asal gaplok-gaplok aja.
Aku terganggu melihat perempuan-perempuan adu fisik. Memprihatinkan, jika tangan seorang perempuan dewasa bisa seasal itu menggampar mahluk yang juga satu jenis dengannya, perempuan!
Kalau kita merasa wanita bermartabat, jangan kotori jemari kita untuk menampar wanita lain.
Kalau kita merasa wanita terhormat, hormati setiap anggota tubuh yang diberikan oleh Tuhan.
Setiap Wanita diberikan naluri seorang IBU oleh Tuhan, untuk dapat menyikapi dengan bijaksana tiap carut marut kehidupan.
Aku bangga menjadi wanita, wanita bermartabat.