Di siang hari yang saya tidak tahu sedang terik atau tidak. Disaat saya sedang berdiskusi bersama Bapak Besar aka My Bos. Beberapa orang mengabarkan bahwa telah terjadi kebakaran di area Jelambar Barat, di mana letaknya tidak jauh dari tempat saya bekerja.
Sebagian orang pergi meninggalkan kantor, rumah kost mereka tepat berada di lokasi kebakaran. Setelah itu saya mencoba ke balkon kantor, sekedar ingin tahu kebenarannya. Benar saja, asap hitam mengepul dari arah Rumah Duka Jelambar, saking hitamnya seperti akan keluar mahluk menyeramkan dari luar sana.
Saat istirahat makan siang, seorang teman menyampaikan siapa-siapa saja karyawan yg menjadi korban kebakaran itu. Bapak Besar kesayangan kami termenung sambil berjalan menuju ke ruangannya.
Saya melihat seperti ada rasa iba, kasihan, bingung, dan beliau seperti bertanya pada diri sendiri di dalam hati ‘what I have to do?’
Saya tersentak dengan pemandangan itu, dan kalimat ‘what I have to do’ pun menghujani benak ini.
Saya harus apa? Saya harus gimana? Apa harus saya mengajak seisi kantor ini pergi untuk membantu korban di sana. Apa mereka mau? Apa ini perlu?
Saat saya menulis ini, seorang teman yg juga korban kebakaran itu melewati ruang kerja saya, saya bertanya bagaimana keadaan rumah kostnya, dengan wajah prihatin dia hanya menjawab ‘habis’.
Tiba-tiba saya ingin menangis, terbayang bagaimana bila nasib saya seperti mereka.
Pertanyaan di atas tadi seketika pudar begitu seorang teman menyodorkan kotak dus yang sudah berisi beberapa lembar rupiah.
Tuhan menjawab pertanyaanku, saya bisa berbuat sesuatu, saya bisa sisihkan sebagian untuk mereka. Begitu juga teman-teman yang lain, sekecil apapun pasti besar untuk mereka.
Kepada para korban kebakaran hari ini (3 Oktober 2013) di Jelambar Barat, semoga diberi kekuatan ketabahan, Amin YRA.