Pertama kali bergabung di kegiatan ini, saya merasa punya rumah baru. This is my home, I have to keep anything in it, I have to give the best of me. Saat pertama kali saya menyapa adik-adik jalanan di rumah belajar ini, saat itulah saya mengikat komitmen untuk bukan hanya sekedar mengajar tapi mendidik, bukan hanya sekedar membantu tapi membuka jalan, buka hanya memberi harapan tapi menyalakannya, bukan hanya sekedar beribadah tapi melayani, bukan hanya sekedar mengisi waktu tapi menyediakannya. Saya menganggap seluruh yang ada di dalam tempat ini sangat berharga (Adik-adik, Kakak-kakak volunteer, kegiatan di dalamnya, dsb). So, anything you ask for, I’ll finish up with the best as much as possible.
“ngomong mah gampang din, prakteknya berat”
Yess!!!, berat banget. Buktinya sekarang saya dilanda demotivasi hanya karena hal yang entah sebenarnya sepele atau gak.
Sejak pertengahan September, saya sedang mengerjakan tugas editing video untuk laporan kegiatan kami. Tugasnya gak berat-berat amat, bahkan sudah beberapa kali saya selesaikan dengan baik. Tapi kali ini hati saya agak lelah untuk menggerakan neuron-neuron di kepala demi menuntaskan tugas ini.
Kenapa saya bilang hati? Karena saya dibayar dengan kebahagiaan dalam mengerjakan tugas ini. Sumber energi dan inspirasi saya adalah kalian (adik-adik dan kakak-kakak) Di saat salah satunya tidak menerima keberadaan saya, I lost one of my spirit. Ini yang tadi saya bilang ‘mungkin sepele’ tapi bagi saya penting. Saya lebay, emang! Whatever you say, I get annoyed with this. Hal ini ganggu di kepala saya, bodoh memang. Sampai tugas gak selesai, padahal saya bertanggung jawab atas komitmen yang sudah saya ikrarkan sendiri. Saya bodoh, dan marah kepada diri saya sendiri. Saya gak mampu menghadapi kenyataan tidak diterima oleh segelintir orang. Saya bodoh dalam menjadi seorang volunteer. Saya dibutakan oleh pentingnya sebuah penerimaan sampai lupa dengan tujuan (adik-adik). Saya pecundang.
To be honest, saya seperti dipaksa kembali merasakan saat-saat bullying di sekolah yang akhirnya sukses membuat saya tinggal kelas. Tapi saya pastikan kali ini bukan untuk tinggal kelas, saya harus selesaikan tugas ini, demi adik-adik, demi tawa mereka yang harus terus disimpan dan diingat.
Teman-teman volunteer, di bully itu gak enak, dinyinyirin itu gak enak, gak diterima itu gak enak, dicuekin apalagi, gak enak banget. Mungkin saya lebay, tapi yang merasa hal ini pasti bukan hanya saya, sebelum atau sesudahnya pasti ada yang merasakan ini. Saya cuma mau bilang, saya di sini bukan untuk mencari teman, bukan untuk dapat pengakuan, bukan untuk suatu pencapaian, saya di sini karena butuh kebahagiaan, butuh rumah untuk pulang. Semuanya ada di kalian (adik-adik dan kakak-kakak).
Teman-teman, mungkin saya memang gak punya jiwa leadership, otak saya terlalu sedikit untuk dapat berpikir hal-hal “wah”, bahkan saya gak mampu mengutarakan dengan baik apa yang ada di kepala saya. Tapi saya punya semangat berbagi yang sama, punya tujuan yang sama (adik-adik). Apa itu gak cukup untuk saya diterima?
Tapi yaudahlah, toh tugas tetap tugas, harus diselesaikan, gak boleh ada alasan. Cuma satu, ini untuk adik-adik. Saya gak peduli lagi tentang penerimaan, saya gak peduli lagi soal kenyamanan, yang penting adik-adik senang dengan apa yang saya buat, yang penting saya masih boleh melayani adik-adik, yang penting saya gak dilarang ada di sini untuk mereka, yang penting saya bermanfaat untuk kalian, dan yang paling penting kegiatan kita lancar tanpa ada halangan yang berarti.
*yangpentingTugasLoKelarDin..hahaha *nyinyirdirisendiri 😀