Tak ternilai

ochie

Dia paham betul siapa saya, bagaimana saya, dan apa yang saya alami di usia remaja. Dia ini sering saya abaikan… She is the real friends that I ever had.

Beberapa minggu lalu, Kak Pida sempat mengutarakan sesuatu yang cukup menohok diri saya. Seperti ini kira-kira yang dia katakan: “Semakin ke sini tuh banyak teman-teman baru, tapi jadi agak sulit maintenance hubungan dengan teman-teman lama”. Yes, I feel you KakPid.

Banyak teman di masa-masa sulit yang ternyata saya abaikan. Jangankan bertemu untuk sekedar nongkrong-nongkrong curhat, datang ke pernikahannya saja enggak.

Lebih parah lagi adalah ucapan ulang tahun. Mungkin bagi sebagian orang ini gak penting, tapi ini penting bagi saya. Mengucapkan ulang tahun itu seperti menghadirkan sepersekian detik sejarah manis yang pernah ada antara saya dan orang-orang terdekat. Seperti refleksi apa yang pernah kita lakukan bersama, baik atau buruk. Harus dilanjutkan atau dibiarkan menjadi tumpukan kenangan.

Kemarin, 12 Februari 2015. Seseorang yang pernah menjadi penolong untuk saya, berulang tahun. Dia paham betul siapa saya, bagaimana saya, dan apa yang saya alami di usia remaja. Dia ini sering saya abaikan, tapi selalu ada di saat saya butuh. She is the real friends that I ever had.

Saya ingat betul, 12 tahun yang lalu. Dian –salah seorang teman kami– memberi saya buku kecil berwarna hijau. Setelah membaca isinya, ternyata adalah curahan hati si orang yang kemarin berulang tahun itu. Isinya sederhana, tapi cukup membuat saya belajar sampai hari ini. Dia mengungkapkan kekecewaannya karena saya yang sudah dianggap seperti saudara (pada saat itu) perlahan sibuk sendiri dengan kegiatan baru. Saya ini “Kacang yang melupakan kulitnya” begitu kira-kira.

Dari tulisan dia itu harusnya saya belajar, bahwa saya gak tahu seberapa penting diri saya ini untuk orang lain. Orang-orang yang menganggap saya penting ada di dalam kehidupannya adalah orang-orang yang tidak ternilai lagi untuk saya, yang harusnya saya jaga hati dan perasaannya. Bukannya malah mengabaikan dan melupakannya.

Tapi, nyatanya. Saya masih belum belajar dengan baik tentang hal itu. Saya  masih sering mengabaikan banyak orang, bahkan saudara-saudara saya sendiri. Saya terlalu sibuk memberi hati, tenaga, dan waktu untuk orang lain. Sampai lupa ada orang-orang yang sudah memberikan itu semua untuk saya.

Maaf yah chi, saya terlambat memberi ucapan. Terimakasih yah chi untuk tulisan yang lampau itu, terimakasih yah sudah pernah menganggap saya ini penting buat kamu. Terimakasih pernah ada di situasi-situasi sulit dalam hidup saya. Saat orang tua saya bercerai, saya gak tahu harus pulang ke mana dan cerita ke siapa. Kamu ada ci, nyediain waktu, rumah, bahkan Ibu mu juga ada untuk saya. Semua itu gak ternilai chi bagi saya.

Selamat ulang tahun Ochie sayang… Semoga masih ada kesempatan untuk saya belajar menjadi seorang teman yang tak ternilai untuk kamu…

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s