Pak Dirman, Luffy, dan Kak Herry

Au_q4tUlsxPaTRZzSBMu8ew7bluI8FxiWS5Kgpjizyih

Kalau dulu prajurit Indonesia punya Pak Dirman. Nami, Zoro, Usopp, dan teman-temannya punya Luffy. Kami punya Kak Herry untuk merangkai cita-cita bersama, dan menjaga impian-impian setiap relawan yang ada di KNM.

—–

10 November kemarin, teman-teman di social media berlomba-lomba mempublikasikan siapa pahlawan idolanya. Mulai dari tulisan-tulisan pendek, foto-foto nyomot di google, sampai yang niat sekali  mewarnai gambar hitam putih pahlawan kebanggannya.

Saya sangat menikmati quotes-quotes dan caption yang dibagikan oleh mereka, sampai akhirnya termenung sendiri. Siapa yah tokoh di buku sejarah zaman sekolah dulu yang saya idolakan. Ingatan saya melompat ke belasan tahun lalu, saya masih berseragam merah putih, duduk manis mendengar dongeng dari guru sejarah. Jing jengg, hanya itu yang saya ingat. Sama sekali nihil mengenai tokoh pahlawan. Maju sedikit ke masa SMP, yang saya ingat adalah Pak Zarnubi guru sejarah yang juga kadang berjubah guru geografi atau bahkan fisika, keren juga yah Pak Zarnubi itu.haha Lalu maju lagi ke masa SMA, yang saya ingat hanyalah Ibu guru sejarah sekaligus wali kelas yang hobinya menagih bayaran sekolah ke siswa, mungkin ibu ini lupa bahwasanya yang punya uang itu orang tuanya. Masa kuliah yang amat sangat hedon pun sepertinya gak mungkin saya punya tokoh idola dari pahlawan masa lalu.

Malam ini justru saya teringat seseorang yang wujudnya diperankan oleh artis Adi Pati Dolken beberapa bulan lalu di layar lebar Indonesia.

Pak Dirman, begitu menurut sejarah beliau dipanggil oleh para prajuritnya yang siang malam, terik ataupun hujan selalu setia bergerilya dari masuk keluar hutan, naik turun gunung, sampai menyamar bertahlil di dalam gubuk reyot milik warga.

Scene yang paling berkesan bagi saya adalah, saat di mana Jenderal yang lebih terlihat seperti kya’i ini mengutarakan mimpi dan harapannya untuk Indonesia kepada prajurit yang ikut bergerilya bersamanya. Saya tidak ingat percis apa yang dikatakan, yang saya ingat adalah spirit yang disuntikkan kepada pengikutnya, beliau menjadikan mimpinya untuk dimiliki bersama, untuk digenggam dan diwujudkan bersama dengan prajuritnya, tanpa melupakan ego dari prajurit-prajurit itu sendiri. Pak Dirman, mempersilahkan bila ada yang ingin berhenti dan kembali ke tengah keluarga, ataupun berhenti karena sudah tidak sanggup lagi.

Setelah saya ingat-ingat lagi, rasanya gak mungkin saya bisa segitunya menangkap pesan di scene itu tanpa hal signifikan yang terjadi sebelummya. Ya benar, ada yang saya alami berbulan-bulan sebelumnya bersama beberapa orang di rapat kerja Kelas Negarawan Muda (KNM). Kalau bisa diingat, malam itu KNM tidak lagi hanya menjadi mimpi satu orang tapi semua yang ada di sana menggenggam liat yang sama, berdebat, bertengkar, dan bersorak untuk satu tujuan yang sama. Bukan Pak Dirman yang menyuntikan spiritnya, bukan pahlawan besar yang bersama dengan kami menjaga mimpinya, bukan sama sekali, adalah seorang sarjana teknik yang dengan gilanya membangun mimpi untuk membuat pencerdasan politik untuk anak muda di Indonesia. Ya, hanya seorang Herry Dharmawan yang perlahan dan pasti meyakinkan kami bahwa ini bukan sekedar mimpi, tapi ini mimpi yang betanggal, ini cita-cita. Bukan hanya milik Herry, tapi milik semua yang bergerilya di Kelas Negarawan Muda.

Beberapa minggu setelah raker, ada prajurit yang harus berhenti (sementara) untuk mengejar mimpinya sendiri. Malam itu kami diundang untuk acara makan-makan perpisahan Kak Tika. Pulangnya saya nebeng dibonceng Kak Herry. Iseng saya bertanya “Baper yah kak liat kak tika? Kak Herry gak pengen S2 juga?” jujur, saya deg-degan ingin dengar jawabannya, takut-takut pertanyaan saya menyinggung.

“Gak din, gue tau kapan gue harus S2.” Santai suaminya Kak Marsha ini menjawab. Lalu dia meneruskan “Lo tau film onepeace gak?”

Saya menjawab agak lama, takutnya film yang dimaksud bukan cartoon yang saya tau. Belum saya jawab, dia sudah melanjutkan.

“Itu film cartoon favorit gue din, tentang kapal Bajak Laut. Semua yang ada di kapal itu punya mimpinya masing-masing, cuma satu orang yang mimpinya adalah ngejagain mimpi teman-temannya, dia pengen teman-temannya dapetin impian-impian itu. Nah, gue justru ikut bangga Tika bisa dapetin cita-citanya, yang bikin gue lebih senang lagi, gue ikut berjuang buat tapetin itu, lo inget surat rekomendasi yang gue buatin untuk Tika? Surat itu gak begitu aja dibuat din, Tika dan kita semua udah berjuang bareng-bareng di KNM ini. Makanya, waktu surat itu dibuat gue paham mau nulis rekomendasi apa aja. Dan gue seneng, jadi salah satu orang yang ikut mengusahakan impiannya Tika terwujud.”

Saya hanya hening mendengarkan dan berkata di dalam hati ‘Nanti jadi luffy buat gue juga yah kak’ hahahahaha.

Kalau dulu prajurit Indonesia punya Pak Dirman. Nami, Zoro, Usopp, dan teman-temannya punya Luffy. Kami punya Kak Herry untuk merangkai cita-cita bersama, dan menjaga impian-impian setiap relawan yang ada di KNM.

Dua hari yang lalu, saya dibonceng lagi sama kakak ini. Di jalan dia curcol soal kegalauannya menentukan jurusan untuk S2. Sebenernya saya lagi males mikir malam itu. Tapi kalau saya gak ikut membantu Kak Herry mikir (atau minimal memberi perspektif saya sendiri) itu berarti saya gak membantu *Luffy* dalam proses mewujudkan impiannya. Kak Herry aja mau jagain mimpi kita semua, masa gitu aja saya males mikir.hahaaa…

Tadi malam, gantian saya yang dibantu berpikir untuk mengambil pilihan hidup…haahhaha

Eniwei, Terima kasih yah Kak Herry.

Semua yang aku ceritain itu hanya beberapa dari banyak momment berharga yang aku dapat. Dua minggu lalu Kak Herry bikin aku nangis sampai gak bisa berhenti, tapi hari ini aku mau bilang makasih untuk banyak kesempatan dan kepercayaan yang gak pernah berkenti diberikan, kadang aku suka takut gak bisa maksimal ngerjain tugas-tugas yang dipercayakan ke aku. Tapi setiap aku salah atau banyak hal yang kurang, Kakak ini gak pernah memberi judgement berlebihan. Semuanya bisa diperbaiki, selalu begitu. Dari sekian banyak orang yang jadi tempat aku berlindung, Kak Herry salah satunya yang terus mengingatkan ku untuk realistis. Mimpi boleh tapi harus ingat untuk bangun dan berusaha.

Kak Herry, selamat ulang tahun. Semoga “luffy” kita ini bisa mendapat harta karun yang diimpikan, bukan hanya sibuk membantu orang menggapai impiannya. Duduk bersama sekian tahun nanti untuk merundingkan nasib bangsa, mungkin menjadi doa banyak orang di hari ini untuk Kak Herry.

Doa ku, di manapun nanti Kak herry mendapat amanah, kakak masih jadi Kak herry yang sama, yang jadi idola aku karena karendahan hatinya, karena kejayusannya, karena segala pemikiran dan perhatian untuk orang-orang terdekatnya, dan karena kesetiannya untuk Kak Marsha.

Selamat ulang tahun Herry Dharmawan…

1 thought on “Pak Dirman, Luffy, dan Kak Herry”

Leave a comment