Selamat bertambah satu, Bang Az, Kapida, Mustika, Daddie, Ara, dan Mas Dede.
Koran, majalah, newsletter, post card, dan buku adalah media yang sering diberikan cuma-cuma kepada seseorang, lembaga, atau partner lainnya untuk ucapan terima kasih, berkabar, atau sekedar menjaga hubungan baik. Tujuannya hampir semua sama, ingin mengingatkan kepada si partner bahwa si pengirim ini masih ada di dunia.
Siang ini setumpuk newsletter dibuang begitu saja ke tempat sampah oleh teman sekantor saya. Melihat tanggalnya yang sudah lewat, newsletter ini menjadi tidak penting. Padahal effort untuk akhirnya menjadi sebuah newsletter pasti lebih besar daripada isinya sendiri, sayang kalau dibuang, jadi bungkus gorengan mungkin lebih baik.
Tapi yang namanya membuang pasti selalu lebih mudah daripada membuat atau menjaga. Jadi yang bilang move on itu susah, yaaa mungkin karena gak punya tempat sampah aja 😀
Seperti koran dan teman-temannya, Facebook juga menjadi media yang terus mengingatkan bahwa partner-partner kita masih ada di dunia, atau ada yang sudah beranjak menuju alam baka. Model pengingatnya macam-macam, mulai dari foto bersama si partner, artikel terkait si partne, atau yang paling otomatis adalah notifikasi ulang tahun mereka. Bulan Mei ini adalah rekor terbanyak bagi saya.
Ulang tahun mereka menjadi tumpukan newsletter yang dikirim dan saya diamkan begitu saja.
Tidak dibuang tapi juga tanpa ucapan. Karena mereka ini tidak bisa jadi bungkus gorengan :p
Ulang tahun mereka lebih dari sekedar narasi kabar terbaru yang harus disampaikan ataupun promosi bulanan bahwa usianya sudah mendapat potongan diskon dari Tuhan, lebih dari itu. Bodoh rasanya jika hanya memberi ucapan tanpa memberi ruang di kepala, sekedar merefleksikan sosok mereka di hidup ini.
Let me try… Mungkin ini jadi terkesan seperti newsletter juga, tapi percayalah This is the best that I can give to all of you :*
—
“Orang yang pernah berada di antara garis hidup dan mati, itulah orang yang sukses menurut abang.”
Mulai dari pertama kali interaksi sampai sekarang menjadi seperti bapak, yang dilakukan selalu menyentil soal ekspetasi. Saya sampai pernah berpikir abang ini seneng aja bermain-main dengan harapan yang digantungkan. Ada yang hanya berharap bisa clubbing di Jakarta, si abang ini justru mengajak berkeliling dan mempertontonkan gemerlap ibu kota. Lebih ekstrim dari itu, berharap minum wine dan nonton live music, diberilah segelas jus kedondong dan diskusi mengenai hidup.
Benar-benar gak paham dengan treatment yang Abang berikan kepada kami. Barulah satu bulan lalu saya akhirnya ada di garis yang abang bilang itu, garis antara hidup dan mati. Rasanya sudah pasti gak lebih baik dari Jus Kedondong. Tapi setidaknya ada satu hal yang saya pahami, Bang Az melakukan itu semua sekedar ingin meletakkan kami di miniatur-miniatur kehidupan. Tujuannya sudah pasti agar kami semua siap ketika ada di kondisi sebenarnya.
“Gak ada yang sesuai harapan dan ekspetasi di hidup ini woiiiii! Kalau lo lalai apalagi tanpa usaha, ya dapetnya cuma kedondong.”
Saya tahu ini terlalu telat bang, tapi to be honest saya ingin bilang. Ini pasti gak akan berhenti dan pasti ada penerus seorang Azwar hasan. Selamat menua Bapak.
—
“There is a fire, and you have to go out from this building condition”
There are always emergency situation in our life. Saat simulasi fire drill kemarin saya terpikir seseorang yang menjadi emergency exit di hidup ini. Bukan yang pertama kali namanya ada di blog ini, tapi announcement sejenis di atas pertama kali dia dengungkan dua tahun lalu kepada saya, tanpa disadari.
Selamat semakin matang Kapid, selamat menjelang gelar master.
—
I hate the detail, but this girl love the detail. She always critical of everything, and I almost to be sensitive of everything. At least we got one the same narrative to always care of anything.
Mustika, kalau ada yang ingin saya katakan, selamat menantang kehidupan! I’m so proud to have known you.
—
Saat semua orang memilih project sosial mainstream di sesi Project Management, orang ini justru tiba-tiba mendekat dan bilang “Aku mau gabung sama kamu Veska.” Saya pikir waktu itu dia kesurupan.haha Tapi ternyata memang benar ingin belajar, padahal apalah saya ini dijadikan tempat bertanya. Kalau kata orang setiap Anak Indonesia punya lilinnya sendiri, lilin saya ya dia ini.
Entahlah apa motivasi kamu Daddie, yang pasti sampai sekarang saya masih ingat kamu karena untuk pertama kalinya ada yang bilang saya cantik.HAHAHHAHA Selamat semakin dewasa dan mengenal wanita :*
—
Tiang tangga, itu kali ya posisi yang pas untuk seorang Aditya Ryan di dalam hidup saya. Saya gak cukup berani membeberkan narasi antara saya dan satu orang ini, khawatir setelah itu justru saya di delete dari barisan pertemanannya.HAHAA
Ra, terlalu banyak wacana di antara kita. Gue gak sanggup membariskannya dalam bentuk narasi.HAHAAA Selamat seperempat abad yak!
—
He loves walking, talking, especially thinking. He always encourage me with his question, even I never got the answer, he still always ask to me. I will tell a lot, about this person but not now.
Selamat panjang usia Mas Dede, thanks for being a good listener, mungkin sering kali menggelikan kalau melihat tingkah saya yang sok tua, I just try to found the answer 🙂
—
Terlalu banyak notifikasi yang menumpuk dan menjejal pasti. Pada narasi yang saya bangun bersama kalian, ada harapan agar saya tidak dibuang seperti newsletter siang yang berakhir jadi bungkus gorengan…