Rahasia dibalik on-time nya orang Jepang

Dua hari yang lalu gue ketinggalan bis dari halte dekat rumah. Loe tau gak rasanya ditinggal bis di Jepang itu gimana? DINGIIIINNNN!! Udah mah lagi berangin, suhu di bawah 10 derajat. Pagi-pagi, gue lari-larian dari rumah ke halte, gue keluar rumah telat 3 menit, 3 menit doang cuyyy.. Di Jepang loe telat 1 menit aja itu gak jadi doang. Efeknya berat, lebih berat dari caht whatsapp yang dicuekin gebetan.

Begitu sampai di halte, bis itu pergi gitu ajaaa, pintunya ketutup, terus dia jalan, CUUUUSSSSS tanpa mikirin perasaan gue.

Iye cuyyy, di Jepang gak ada tuh transportasi pake perasaan, gak ada tuh supir metromini ngetem dan di PHP-in orang-orang yang turun dari tangga penyebrangan.

Itu makanya semua jadi serba on-time, karena waktu yang loe pergunakan sudah tersistemasi. Nih gue jelasin:
Gue tinggal di Kota Kecil Neyagawa City, jaraknya 50 menit TENG dari pusat Kota Osaka. Kalo mau loe bayangin kayak dari Bekasi Utara (Babelan) ke Sudirman. Jauh lintas planet kan? 😀

Keihan Neyagawashi Station

Nah dari rumah gue harus naik bis menuju stasiun Keihan Neyagawashi Station. (Keihan itu nama kereta yang diprovide oleh pemerintah). Bisnya juga namanya Keihan Bus (sama juga pemerintah punya). Bis ini jadwalnya gak akan mungkin ngaret kecuali tiba-tiba nobita minta kawin muda ke doraemon. Jadwal bisnya itu setiap 20 menit sekali, kalo loe ketinggalan bis macem gue dua hari lalu, yaudah leo tunggu tuh bis sampe BEKU. Iya, gue nyaris beku kedinginan di halte.

Jarak yang ditempuh bis ini juga 20 menit menuju ke stasiun. Jadi loe udah bisa cek tuh kereta yang bakal tersedia di stasiun, kereta local yang lamanya nauuzubilah atau kereta semi express (yang hanya berhenti di beberapa stasiun).

Di Osaka dan Kyoto itu (yang gue tau) ada 2 jenis provider kereta, pertama Keihan (by pemerintah). Kedua, JR (by private sector – perusahaan swasta punya). Naah untuk sampai ke Grand Front Osaka (tempat gue magang), dari Keihan Neyagawashi station gue harus ke Keihan Kyobashi Station, bentuk keretanya sama kayak KRL (plek-plekan sama) cuma beda isinya aja – orang Jepang. HAHA Isinya itu berpengaruh ternyata dengan tingkat kelelahan. Tar gue jelasin di akhir. Nah jarak kedua stasiun ini kayak dari stasiun bekasi ke stasiun manggarai, dan loe tau berapa lama waktu yang ditempuh oleh keretanya? cuma 10 menit!!

Di Keihan Kyobashi station gue harus keluar dulu, tap out dari station kemudian gue masuk ke stasiun JR Kyobashi yang pintu masuknya berhadapan dengan Keihan Kyobashi station. Terintegrasi cuy! Nah bentuk kereta JR lebiih modern gitu, kursinya berhadap-hadapan seperti kereta KRL kite tapi dekorasinya lebih modern. Tapi rasanya sama aja lah swasta sama pemerintah, sama enaknya.

Dengan kereta JR itu gue menuju Stasiun Osaka yang luasnya bersaing dengan bandara halim perdana kusuma. HAHAHHA Nah dari Kyobashi ke Osaka pakai kereta JR, gak sampe lah 10 menit.

Ditambah gue jalan kaki dari rumah ke halte dan dari stasiun Osaka ke Grand Front Osaka, total-total 50 menit TENG gue sampe kantor yang letaknya di pusat kota Osaka.

Kebayang kan? semuanya udah tersistemasi, jadwal bis dan jadwal kereta itu hampir sama kayak jadwal kematian kita, terjadwal dengan PASTI, TENG!

Kalo loe telat, BETE nya setengah mati deh karena kayak bis aja itu terbatas jumlahnya, gak ada tuh metromini ngetem berekorr di di halte. Semuanya dibatasin dan disesuaikan dengan jumlah populasi yang lalu lalang di daerah itu. Jadi, sekali aja loe mengabaikan kesempatan, beakhir sudah hari loe, telat loe setelah itu jadi beruntun ke kereta.HAHAHA *KAYAK GUE! Tapi kerena gue berangkat lebih pagi jadi tetep gak telat sampai di kantor.hehehehe (Gue tau nih ada mentor yang baca ini pasti, jadi perlu gue jelasin, dinda tetep gak telat koq masuk kantor :* )Cuma ya, BETE aja nunggu bis 20 menit.

Nah, karena semua sudah tersistemasi, terprediksi, dan ada limitasi, peradaban di sini jadi terbentuk dengan disiplin. Terlambat karena fasilitas itu jadi gak masuk akal didengar, kecuali kalau emang loe sakit atau ada kecelakaan di jalan. Itulah orang-orang di sini (menurut gue nih yah) jadi apa-apa gak mau telat karena telat sedikit aja, lewat udah kesempatan, loe harus nunggu yang berikutnya, udah mah lama, ditambah lagi dingin. Gak ada pasti yang mau telat dan beku di luar rumah. Kayak gue nih, udah kapok, cukup sekali aja gue telat, karena ujungnya pasti beruntun, kesempatan-kesempatan yang udah nunggu di depan jadi lewat, seperti contohmnya kesempatan ketemu babang ganteng di kereta. HAHAHA

Terus juga, orang-orang di sini jadi gak terburu-buru, gak gerasak gerusuk, karena mereka udah tau ‘oh itu semenit lagi baru jalan, masih ada waktu gak perlu lari-lari’ Gue juga jadi begitu, karena kalau gue lari-lari, ya ngapain juga, kan udah pasti itu semenit lagi. AHHAHHA Jadi berasa bego sendiri kalau gerasak gerusuk.

Yang namanya ngantri itu jadi lebih beradab gais gak kayak orang kesurupan setan. Karena again, udah tau si kereta itu akan berhenti for a while (gak sampe 15 detik – dan ini beneran gue itung HAHAHAHA). Jadi gak usah buru-buru, selow aja seloowww, di dalem kereta berdiri juga gak apa-apa, kan keretanya cepeettt. Kecuali loe naik kereta local, itupun pasti leibh kosong.HAHAHAHA jadi again, gak ada tuh orang-orang kesurupan ngeliat bangku kosong. Itulah kenapa gue bilang isinya di dalem kereta berpengaruh dnegan tingkat kelelahan, karena semuanya serba sabar jadi gak kerasa capek commute di sini pun.

Kesimpulan gue nih ya, sekumpulan populasi itu bisa lebih beradab kalau fasilitasnya tersistemasi,  terprediksi, dan diberi limitasi. Entah kek mana untuk kasus Jakarta yang apa-apa sudah serba kepalang. Menurut kalian gimana?

 

2 thoughts on “Rahasia dibalik on-time nya orang Jepang”

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s